HARAPAN

Hari ini aku banyak nonton video youtube tentang kasus-kasus kriminal dan kekerasan seksual. Kejahatan-kejahatan tersebut bahkan dilakukan oleh orang-orang terdekat korban bahkan orang tua korban. Aku bersyukur tidak mengalami hal-hal tersebut.

Alasan aku menonton video-video berita kejahatan tersebut sebenarnya mungkin karena aku ingin menikah. Aku berpikir dengan banyak menonton berita-berita kejahatan yang dilakukan oleh laki-laki maka aku tidak akan ingin menikah dan mensyukuri kehidupanku yang sekarang. Jujur saja akhir-akhir ini aku sempat iri dengan kehidupan bahagia para suami-istri.

Ustadzah Haifa pernah berkata jika hidup ini hanya untuk Allah dan harusnya hanya untuk Allah. Aku hidup untuk Allah, aku bekerja untuk Allah, aku bebuat baik untuk Allah, aku menikah untuk Allah, aku punya anak untuk Allah. Hanya boleh untuk Allah. Aku merasa pernyataan tersebut sangatlah benar. Setelah tiga puluh tahun hidup, diantara semua penderitaan dan kebahagiaan semuanya terasa tak berarti jika bukan untuk Allah.

Selama tiga puluh tahun rasanya aku selalu insecure dengan fisik ku, aku merasa jelek dan menjijikan. Rasanya tidak mungkin ada laki-laki yan akan tertarik padaku dan itu sempat membuat ku sedih. Aku mengikuti seseorang di media sosial, seseorang dengan penampilan fisik tidak cantik menurut pandangan umum. Dia pernah berkata jika ia ingin menikah dan punya anak tapi kenyataan fisiknya membuatnya sedih dan terpuruk sehingga dia melupakan keinginan itu dan berusaha menjalani dan menerima keadaannya dengan bahagia. Dia juga sempat berkata jika dulu di setiap malam ulang tahunnya dia berdoa agar besok pagi bisa bangun dengan fisik yang normal dan cantik dan permohonan tersebut tidak terkabul.

Aku juga pernah punya harapan aneh seperti perempuan di medsos tersebut, aku pernah berharap bisa tiba-tiba jadi cantik dan disukai laki-laki atau berdo’a saat jam kerja berharap saat pulang nanti ada laki-laki yang bertamu kerumah untuk melamar. Atau berharap ada laki-laki dari antah berantah yang Allah takdirkan untuk ku.

Suatu hari aku mendengar ceramahnya ustad Nouman tentang cara kerja do’a. Bahwa  Allah adalah Rabb dan manusia adalah hamba. Seorang hamba tak bisa memerintah Rabb nya. Jadi terserah Allah mau memberi atau tidak, manusia hanya menyampaikan harapan. Beliau juga menyampaikan kalau kita perlu menggunakan “common sense” dalam berdo’a ia mencontohkan seseorang dengan tinggi 160 cm tidak bisa berdo'a tiba-tiba jadi 180 cm. Atau mungkin seseorang dengan kaki buntung tidak bisa berdo’a agar ia bisa punya kaki saat itu juga. Sangat tidak elok jika orang dengan kaki buntung enggan taat kepada Allah hanya karena do’anya untuk punya kaki tidak Allah kabulkan saat itu juga. Bisalah kamu bayangkan ahirnya bukan hanya kaki yang buntung saat tidak taat manusia bisa jauh lebih sengsara lagi. Dan justru sebaliknya jika si kaki buntung bisa tetap taat dia bisa hidup dengan bahagia dan di akhirat lebih bahagia lagi.

Kemudian satu kenyataan pahit tentang cara kerja do’a yang telah aku pelajari dan cari-cari dari sumber informasi. Jadi do’a ini bekerja dengan ikhtiar, do’a dan ikhtiar itu bergandengan untuk menghasilkan kesuksesan. Jadi do’a tidak bisa dipisahkan dari ikhtiar jika kita ingin selamat.

Jujur saja kenyataan bahwa do’a harus diiringi ikhtiar itu cukup mengguncang batinku. Aku sempat berpikir apa jangan-jangan aku kurang ikhtiar selama ini, apakah selama ini aku hanya membuang-buang waktu, sehingga aku tidak bisa cantik, sehingga aku tidak bisa menikah, sehingga aku tidak bisa hidup dengan baik. Pemikiran itu membuat aku stress dan berputus asa, aku merasa kehilangan harapan.

Tapi setelah aku simpulkan dan pemikiranku saat ini, kenyataan yang paling pasti adalah aku tidak berdaya. Jangankan untuk menikah untuk bernafas saja itu di luar kendali. Ada terlalu banyak hal di luar kendaliku. Dan soal do’a juga ikhtiar itu adalah perintah Allah SWT aku tidak perlu mempertanyakan apakah aku harus berdo’a atau apakah aku harus berikhtiar ? jawabanya : lakukan saja keduanya karena itu perintah, lakukan saja keduanya sebaik yang kamu mampu karena kenyataannya kamu tidak berdaya.

Komentar

  1. Fun fact : Penyebab kita sangat sedih saat Allah SWT tidak mengabulkan keinginan kita adalah karena kita terlalu terbiasa mengikuti semua keinginan nafsu jadi ketika ada keinginan yang tidak terpenuhi kita sangat-sangat kecewa. So jangan kita jadi budak nafsu.

    BalasHapus
  2. Kenyataan lainnya saat manusia jadi budak nafsu atau tidak taat pada Rabb nya, maka manusia itu berpotensi menjadi sangat-sangat jahat.

    BalasHapus
  3. Kenyataan penting lainnya : orang yang tahu dan yakin dengan pasti tentang visi hidupnya tidak pernah kecewa dengan do'a.

    BalasHapus
  4. Yang paling penting jangan lupa dengan tugas utama

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer